Minggu, 31 Mei 2015

Berbagi Pencerahan



Tidakkah kita sadar bahwa manusia dikuasai oleh ratusan keinginan yang berbeda-beda? Sesorang berkata “Aku ingin spaghetti, aku ingin daging bakar, aku ingin kue, aku ingin buah-buahan, aku ingin kacang-kacangan.” Manusia menghitung semua hal ini dan menemaninya satu persatu, akan tetapi asal dari semua yang disebutkan tadi hanya ada satu, yaitu Lapar. Jika ia telah memenuhi isi perutnya dengan salah satu makanan tersebut, maka ia berkata. “Tak akan ada lagi yang aku butuhkan dari makanan-makanan itu.”
Jadi, dapat dipahami bahwa sesuatu yang menarik dari diri manusia bukanlah berjumlah sepeluh atau seratus, melainkan hanya ada satu: “Dan tidaklah kami jadikan bilangan mereka itu melainkan untuk jadi fitnah [Qs. Al-Muddatsir:31].” Bagi manusia bilangan itu adalah fitnah(cobaan). Ada yang berkata:” Orang itu hanya ada satu, dan mereka ada seratus.”
Mengenai mereka, kamu berkata bahwa mereka berjumlah enam puluh,seratus atau seribu. Sementara tentang orang, kamu berkata bahwa dia hanya ada satu. Sejatinya, jumlah mereka yang banyak itulah yang satu, dan orang itulah yang berjumlah seribu, seratus ribu dan ratusan ribu.
Sedikit jika dihitung, dan banyak ketika diikat.

 Puisi yang digubah oleh oleh Abu at- Tayyib al- Mutanabbi, dengan versi yang lengkap.
Aku akan mencari hakikat diriku dengan jalan dan bantuan para masayikh
Seolah-olah mereka tak berjenggot, karena saking lamanya mencium
Berat untuk kehilangan mereka, tapi ringan untuk memanggil mereka
Begitu banyak ketika diikat, tetapi sedikit dihitung

Kutipan Dari Buku Fihi Ma Fimi,." Mengararungi Samudera Kebijaksanaan,''Jalaluddin Rumi''

Tidak ada komentar:

Posting Komentar