Tidakkah kita sadar bahwa manusia dikuasai oleh ratusan keinginan
yang berbeda-beda? Sesorang berkata “Aku ingin spaghetti, aku ingin daging
bakar, aku ingin kue, aku ingin buah-buahan, aku ingin kacang-kacangan.” Manusia
menghitung semua hal ini dan menemaninya satu persatu, akan tetapi asal dari
semua yang disebutkan tadi hanya ada satu, yaitu Lapar. Jika ia telah
memenuhi isi perutnya dengan salah satu makanan tersebut, maka ia berkata. “Tak
akan ada lagi yang aku butuhkan dari makanan-makanan itu.”
Jadi, dapat dipahami bahwa sesuatu yang menarik dari diri manusia
bukanlah berjumlah sepeluh atau seratus, melainkan hanya ada satu: “Dan
tidaklah kami jadikan bilangan mereka itu melainkan untuk jadi fitnah [Qs. Al-Muddatsir:31].”
Bagi manusia bilangan itu adalah fitnah(cobaan). Ada yang berkata:” Orang itu hanya
ada satu, dan mereka ada seratus.”
Mengenai mereka, kamu berkata bahwa mereka berjumlah enam
puluh,seratus atau seribu. Sementara tentang orang, kamu berkata bahwa dia
hanya ada satu. Sejatinya, jumlah mereka yang banyak itulah yang satu, dan
orang itulah yang berjumlah seribu, seratus ribu dan ratusan ribu.
Sedikit jika dihitung, dan banyak
ketika diikat.
Puisi yang digubah oleh oleh Abu at- Tayyib al- Mutanabbi, dengan
versi yang lengkap.
Aku akan mencari hakikat diriku
dengan jalan dan bantuan para masayikh
Seolah-olah mereka tak berjenggot,
karena saking lamanya mencium
Berat untuk kehilangan mereka, tapi
ringan untuk memanggil mereka
Begitu banyak ketika diikat, tetapi
sedikit dihitung
Kutipan Dari Buku Fihi Ma Fimi,." Mengararungi Samudera Kebijaksanaan,''Jalaluddin Rumi''